|
||||||
EL_SHOHWAHOnline |
||||||
|
||||||
Esensi dan Problematika Pemuda (Persepsi dan Solusi Islam)Oleh : M. Abdul Kholiq Hasan Lc.*
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda –pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk “ (QS:18-13) Iftitah. Berbicara tentang pemuda atau syabab berarti berbicara tentang sekelompok masyarakat penuh semangat yang bergelora, selalu bersahaja dan pantang menyerah. Memang sosok pemuda dimanapun berada akan selalu berkreasi dan mencari sesuatu yang selalu fresh. Namun disayangkan apabia aset pemuda yang sangat dibutuhkan dalam membawa perubahan dan kemajuan suatu bangsa, pada akhirnya ludes dan punah terbawa arus kebobrokan mental dan lingkungan yang kurang mendukung.Untuk lebih jelasnya mari kita semak apa itu definisi pemuda. Menurut ilmu psikologi, pemuda adalah salah satu fase antara fase anak-anak dan fase tua. Pakar lain, membatasi fase pemuda dengan batasan umur yaitu umur antara 13 tahun sampai 40 tahun walaupun pembatasan seperti itu belum final karena terkadang ditemui seorang yang telah berumur 60-an tahun masih tetap mempunyai semangat yangbergelora seperti halnya seorang pemuda, sebagai contoh nyata adalah Nabi Muhammad saw. dimana sejak diangkat sebagai seorang Nabi ketika berumur 40 tahun sampai akhir hayatnya selalu mencerminkan jiwa yang penuh semangat dan tanggungjawab. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa mafhum pemuda dapat dibagi menjadi dua fase yaitu fase pertama dimulai umur 13 tahun sampai 21 tahun yang lazim disebut dengan masa puber pertama. Fase kedua dimulai umur 21 sampai 40 tahun.
Kemajuan Umat di tangan Pemuda. Dr. Ishaq al-Farhan dalam karyanya Musykilat al-Syabab menjelaskan bahwa jumlah presentasi pemuda di dunia Islam yang dibawah umur 20 tahun adalah 50 persen sedang yang berumur 20 sampai 40 tahun ada sekitar 30 persen jadi semuanya ada 80 persen. Dari jumlah ini memberikan ilustrasi pada kita akan urgensi pengarahan dan pendidikan pemuda secara benar dan Islami. Karena bagaimanapun meraka adalah penerus estafet perjuangan, apabila mereka dididik dengan baik tentunya masa depan suatu masyarakat dapat terjamin dengan baik, demikian pula sebaliknya. Sejarah telah membuktikan kepada kita bagaimana peranan pemuda sangat mendominasi dalam setiap perubahan yang ada di dunia ini. Bahkan para Nabi yang bisa dikatakan sebagai reformer semunanya adalah syabab sebagaimana dikatakan olen ibnu Abbas bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengangkat seorang Nabi dan tidak akan memberikan suatu ilmu kecuali pada masa muda. Perlu diketahui bahwa sebuah ide atau pemikiran tidak akan berkembang dan membuahkan hasil apabila tidak didukung empat unsur yang saling berkaitan yaitu: keimanan, keikhlasan, semangat yang bergelora dan kerja keras. Keempat unsur ini hanya tercermin pada pemuda. Para sahabat Rasul mayoritas adalah para pemuda. Ambil contoh misalkan Abu Bakar masuk Islam pada umur 37 tahun, Umar bin Khottob pada umur 20-an tahun begitu juga Utsman dll. Ditangan para pemuda inilah Islam menyebar keseantero dunia, bahkan berhasil menciptaan peradaban yang bernilai tinggi bagi kemanusiaan. Tentunya keberhasian para pemuda (sahabat) tidak lepas dari gemblengan dan tarbiyah madrasah Rasulullah saw.
Problematika Pemuda. Tentunya pemuda sebagai salah satu kelompok masyarakat tidak lepas dari berbagai problem yang menghalanginya bahkan menjeburkannya kedalam dunia kemaksiatan. Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pemuda sekarang sudah jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Hal itu disebabkan menipisnya kontrol agama dalam kehidupan syabab zaman sekarang. Sudah sering kita dengar, baca dan lihat dalam berbagai media massa dimana terjadi pemerkosaan, minum minuman keras, perkelahian, pergaulan bebas, narkoba yang dilakukan oleh pemuda bahkan anak -anak yang masih ingusan. Berbagai kemaksiatan digelar diberbagai tempat baik dikota maupun di desa apalagi dengan kecanggihan teknologi mutakhir sekarang ini, seperti jaringan internet, dengannya seseorang tidak akan kesulitan untuk mendapatkan hal-hal yang negatif. Semuanya itu memang sudah dirancang oleh musuh -musuh Islam(Zionis dan Kristen), karena mereka tahu bahwa keberlangsungan Islam adalah ditangan pemuda, kalau pemudanya sudah rusak maka dengan sendirinya Islam akan hancur.
Solusi Islam. Islam sebagai agama universal telah memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi promblematika pemuda, paling tidak ada 3 point penting yaitu: satu, pendidikan terpadu antara orang tua, sekolahan dan masyarakat, mepunyai pengaruh yang sangat pemting dalam perkembangan pemuda. Karena itu Islam tidak mengenal pendidikan sekuler yang hanya mengedepankan ilmu-ilmu umum tanpa di imbangi pendidikan agama yang cukup, karena pendidikan model seperti itu akan menciptakan generasi yang jauh dari agama sehingga muncul apa yang dikenal dengan the lost generation. Dua pendidikan akhlak, dimana hal ini merupakan barometer kehidupan suatu mansyrakat, dunia Barat walaupun maju dalam tekhnologi dan sains namun karena dinonaktifkannya norma-norma ahklak maka kehidupan dan kebudayaan mereka tidaklah jauh dengan kebudayaan hewan. Karena itu Islam sangat meperhatikan tentang pendidikan ahklak ini, sebagaimana keberadaan Rosululah saw. diutus adalah untuk menyempurnakan ahklak yang mulia. Tiga menciptakan aktifitas yang positif bagi pemuda, karena dengan adanya aktifitas tersebut akan menghindarkan pemuda dari penganguran yang bisa menggiring pada kemaksiatan. Karena itu Islam lewat pesan agamanya menyerukan kepada umat untuk selulu berkreasi dan bekerja keras.
Khotimah. Pemuda adalah segala-galanya, baik buruk masa depan suatu bangsa tergantung pada pemudanya. karena itu kerja sama yang solid antara orang tua, lembaga pendidikan dan masyarakat sangatlah dibutuhkan guna mencetak generasi yang mampu membawa bendera perjuangan. musuh-musuh Islam akan selalu berusaha untuk meracuni pemuda-pemudi Islam dengan berbagai cara dan tipu muslihat, karena itu tidak ada jalan yang lebih selamat kecuali membekali syabab dengan ajaran agama yang kuat. Wallahu `alam.
*Mahasiswa Pasca Sarjana Fak. Ushuluddin jur. Tafsir Univ. al-Azhar, Cairo.
|